Tuesday, 4 March 2025

Ramadan Tetap Produktif: Tips Jitu Menjaga Energi dan Ibadah

   Kreasi menyambut Ramadan, sumber: dokumen pribadi.

Hai hai, hari ini kita sudah memasuki hari keempat di bulan suci Ramadan 1446 H. Semoga teman-teman semua diberi kemudahan dan kelancaran dalam menjalankan ibadah puasanya. Aamiin.

Jangan lupa untuk selalu bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk berjumpa dengan bulan penuh berkah ini. Semoga Ramadan kali ini bisa menjadi momen untuk lebih memaksimalkan ibadah dan meningkatkan keimanan.

Ramadan dan Momen Berkesan

Setiap Ramadan selalu membawa suasana yang berbeda, ya? Entah dari kondisi cuaca, lingkungan, hingga situasi pribadi. Seperti tahun ini, aku menjalani separuh Ramadan hanya bersama anak-anak karena masih dalam fase LDM—suami bekerja di Banyuwangi, sementara aku dan anak-anak tetap di Surabaya karena sekolah mereka.

Meskipun ini bukan pertama kalinya kami menjalani Ramadan berjauhan, tetap saja awal-awalnya terasa sedikit "jet lag". Apalagi beberapa hari ini anak-anak sedang kurang sehat, jadi mood pun ikut terpengaruh. Tapi aku percaya, Ramadan adalah momen untuk terus bersyukur dan mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Semoga kita semua diberi kekuatan untuk menjalani bulan ini dengan lebih baik dan lancar. Aamiin.

Ramadan dalam Kenangan: Berpuasa di Tengah Pandemi

Salah satu Ramadan yang paling berkesan bagiku adalah saat pandemi COVID-19 di tahun 2020. Saat itu, pertama kalinya aku bisa menjalankan puasa bersama suami secara penuh karena lockdown membuat semua aktivitas dilakukan dari rumah.

Waktu itu, aku juga sedang menemani suami yang menempuh studi S3 di Groningen, Belanda. Berpuasa di negeri orang tentu berbeda dengan di Indonesia. Durasi puasa lebih panjang, sekitar 15-16 jam karena Ramadan jatuh di musim semi. Untungnya, suhu udara relatif nyaman, berkisar antara 18-24°C.

Yang paling terasa adalah suasana Ramadan yang sepi. Tidak ada penjual takjil, tidak ada euforia buka bersama, bahkan tarawih di masjid pun ditiadakan karena lockdown. Semua harus dilakukan sendiri. Tapi justru karena itu, Ramadan terasa lebih intim—lebih banyak waktu bersama keluarga dan lebih fokus pada ibadah.

Sekarang, lima tahun telah berlalu, dan alhamdulillah kita bisa kembali menjalani Ramadan dalam kondisi yang lebih normal. Banyak hikmah yang bisa diambil dari setiap pengalaman, termasuk bagaimana kita bisa tetap produktif di bulan Ramadan, terlepas dari kondisi yang ada.

Tips Ramadan Tetap Produktif

Ramadan adalah bulan penuh berkah dan kesempatan bagi kita untuk meningkatkan ibadah tanpa mengorbankan produktivitas. Mau sedang LDM, merantau, atau bersama keluarga, kita tetap bisa mengatur waktu dengan baik agar tetap bertenaga dan semangat. Nah, berikut beberapa tips yang bisa dicoba:

1. Buat Target Harian

Ramadan adalah waktunya untuk lebih fokus pada ibadah, tapi pekerjaan dan aktivitas lain juga harus tetap berjalan. Untuk itu:

  • Susun to-do list harian berdasarkan prioritas.

  • Buat target ibadah yang jelas, misalnya membaca 1 juz Al-Qur’an per hari, salat rawatib, atau sedekah harian.

  • Gunakan Ramadan tracker agar lebih termotivasi dalam menjalankan ibadah.

2. Atur Pola Tidur yang Baik

Waktu tidur pasti berkurang karena harus bangun sahur dan ibadah malam. Supaya tetap segar:

  • Tidur lebih awal agar mendapatkan istirahat cukup.

  • Manfaatkan power nap (tidur siang 20-30 menit) untuk mengisi ulang energi.

3. Konsumsi Makanan Bergizi

Agar tetap bertenaga selama berpuasa:

  • Sahur: Pilih makanan tinggi serat dan protein seperti oatmeal, telur, dan buah agar kenyang lebih lama.

  • Berbuka: Hindari makanan berlemak berlebihan dan awali dengan kurma untuk mengembalikan energi.

  • Minum air putih yang cukup untuk menghindari dehidrasi.

4. Tetap Aktif dengan Olahraga Ringan

Meskipun puasa, tubuh tetap butuh bergerak. Coba:

  • Jalan santai atau yoga setelah berbuka untuk menjaga kebugaran.

  • Hindari olahraga berat di siang hari agar energi tidak cepat habis.

5. Kurangi Distraksi dan Fokus pada Produktivitas

Agar Ramadan lebih bermakna:

  • Batasi penggunaan media sosial yang tidak perlu.

  • Gunakan teknik kerja seperti Pomodoro (bekerja 25 menit, istirahat 5 menit) agar tetap fokus.

Dengan menerapkan tips ini, kita bisa menjalani Ramadan dengan penuh berkah, tetap sehat, dan semakin dekat dengan tujuan spiritual kita. Yuk, manfaatkan momen spesial Ramadan ini untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi! 


Monday, 17 February 2025

Ajarkan Anak Mengontrol Emosi: Review Buku Flooded yang Wajib Dibaca Para Ibu

Buku Flooded karya Allison Edwards


Pernahkah Ibu merasa kewalahan menghadapi anak yang tantrum? Tiba-tiba mereka menangis, berteriak, atau bahkan marah-marah tanpa alasan yang jelas. Kadang, ada juga anak yang justru diam dan menarik diri saat emosinya meluap. Sebagai orang tua, kita sering kali bingung bagaimana cara terbaik untuk menenangkan mereka tanpa ikut terbawa emosi.

Nah, buku Flooded karya Allison Edwards hadir sebagai solusi untuk membantu anak-anak mengelola emosinya dengan lebih baik. Buku ini menggunakan pendekatan berbasis ilmu saraf yang mudah dipahami dan diterapkan di kehidupan sehari-hari. Yuk, kita bahas lebih dalam!


Kenapa Anak Sering Tantrum? Kenali ‘Flooded Mode’ dalam Otak Mereka

Amigdala bagian otak yang berperan dalam respon waspada. Sumber: google.com

Ibu pernah dengar istilah flooded? Dalam buku ini, Edwards menjelaskan bahwa flooded adalah kondisi saat emosi anak meluap hingga mereka kehilangan kemampuan berpikir jernih. Saat anak merasa cemas, takut, atau marah, otaknya bereaksi secara otomatis tanpa bisa mengontrol diri. Inilah alasan mengapa anak bisa tantrum tiba-tiba.

Salah satu bagian otak yang berperan besar dalam hal ini adalah amigdala, si kecil berbentuk kacang almond yang bertanggung jawab atas respons ‘waspada’, ‘lawan atau lari’ (fight or flight). Saat anak menghadapi situasi yang membuatnya stres, amigdala langsung aktif, membuat mereka sulit berpikir logis. Akibatnya, mereka bereaksi secara impulsif—menangis, marah, atau bahkan menghindar.

Tapi, jangan khawatir! Kita bisa membantu anak belajar mengelola emosinya, sehingga mereka lebih tenang dan bisa berpikir sebelum bertindak.


Strategi Jitu Mengajarkan Anak Mengontrol Emosi

Berdasarkan penelitian dan pengalamannya sebagai konselor profesional, Edwards menawarkan berbagai strategi yang bisa Ibu terapkan di rumah. Berikut beberapa teknik yang bisa dicoba:

  1. Mengenali dan Memahami Emosi

Ajarkan anak untuk mengenali emosinya dengan cara sederhana, misalnya menggunakan skala perasaan dari 1 sampai 10. Bantu mereka memahami apa yang membuat mereka marah, sedih, atau takut. Dengan begitu, anak belajar bahwa emosi itu normal dan bisa dikendalikan.

  1. Teknik Pernapasan dan Relaksasi 

Saat anak mulai emosional, ajak mereka melakukan teknik pernapasan dalam-dalam. Ibu bisa mengenalkan ‘napas balon’—minta anak membayangkan sedang meniup balon besar, tarik napas dalam, lalu hembuskan perlahan. Teknik ini membantu menenangkan sistem saraf mereka. Atau bisa dengan teknik ‘5 detik remas, 5 detik lepas’. Minta anak untuk membuka telapak tangannya dan menyimpan perasaan yang sedang dirasakan dalam kepalan tangan. Remas selama 5 detik, lalu lepaskan perasaan itu ke udara. Mintalah anak melakukan itu beberapa kali hingga ia merasa rileks. 

  1. Komunikasi yang Empatik

Alih-alih langsung menegur atau melarang anak menangis, cobalah mendengarkan mereka dengan penuh perhatian. Sejajarkan posisi tubuh dengan anak, tatap matanya, dan tanyakan dengan lembut, “Kamu lagi sedih ya? Mau cerita sama Mama?” Ini membuat anak merasa didengar dan lebih mudah mengungkapkan perasaannya.

  1. Ciptakan Lingkungan yang Aman 

Pastikan rumah menjadi tempat yang nyaman bagi anak untuk mengekspresikan emosinya. Jangan buru-buru menyuruh anak ‘jangan nangis’ atau ‘jangan marah’. Beri mereka ruang untuk merasakan dan belajar mengatasi emosinya sendiri dengan bimbingan Ibu.


Kesimpulan: Wajib Dibaca untuk Orang Tua yang Ingin Anak Lebih Tenang

Buku Flooded merupakan bacaan yang sangat bermanfaat bagi para ibu yang ingin memahami cara kerja otak anak dalam mengelola emosi. Dengan bahasa yang ringan dan strategi yang aplikatif, buku ini cocok untuk dipraktikkan sehari-hari. Meskipun ada bagian yang mungkin bisa lebih dikembangkan, seperti contoh kasus nyata dan pendekatan berdasarkan usia anak, secara keseluruhan buku ini sangat membantu.

Rekomendasi banget buat Ibu yang ingin membantu anak tumbuh dengan kecerdasan emosional yang lebih baik. Yuk, mulai ajarkan anak mengontrol emosinya dari sekarang! 💖

Sunday, 2 February 2025

Perempuan: Antara Dilema dan Stigma

Ilustrasi perempuan (Sumber: www.pexels.com, gambar dari Chu Chup Hinh)

Menjadi perempuan itu unik. Kita sering dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit, tapi di saat yang sama juga harus menghadapi berbagai stigma yang seakan-akan sudah diwariskan turun-temurun. Kadang kita ingin bebas menentukan jalan sendiri, tapi ada suara-suara di sekitar yang seolah mengingatkan, "Harusnya begini, harusnya begitu."

Perempuan seakan terkurung dan terkungkung. Belum lagi budaya patriarki yang rasanya masih ada hingga sekarang, membuat perempuan sulit untuk maju dan bebas berekspresi. Meskipun sekarang keterlibatan perempuan di berbagai sektor mulai kelihatan, tapi bukan berarti tantangan itu hilang begitu saja. Isu kesetaraan gender, kekerasan, konflik, inklusivitas dalam berbagai faktor masih menjadi tantangan yang harus dihadapi perempuan saat ini.  

Dilema yang Tak Berujung

Pernah nggak, kamu merasa serba salah dalam mengambil keputusan? Misalnya, ketika memilih untuk bekerja setelah menikah, ada yang bilang, “Kok tega ninggalin anak di rumah?” Tapi kalau memutuskan jadi ibu rumah tangga, tiba-tiba ada suara lain yang nyeletuk, “Sayang banget, padahal lulusan tinggi.”

Ini baru satu contoh. Di luar sana, masih banyak dilema lain yang dihadapi perempuan, mulai dari cara berpakaian, pilihan karier, peran dalam keluarga, gaya parenting, hingga bagaimana kita mengekspresikan diri. Seolah-olah selalu ada standar yang harus kita penuhi, meskipun standar itu berubah-ubah tergantung dari siapa yang menilai.

Stigma yang Melekat Kuat

Selain dilema, ada juga stigma yang sering kali membayangi langkah perempuan. Beberapa di antaranya mungkin terdengar familiar:

  • Perempuan harus menikah sebelum usia tertentu. Kalau lewat, pasti ditanya terus, “Kapan nikah?” Padahal, menikah itu keputusan besar yang nggak bisa dipaksakan hanya karena umur.

  • Ibu bekerja dianggap kurang peduli keluarga. Padahal, banyak ibu bekerja yang justru berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, baik dari segi finansial maupun kasih sayang.

  • Perempuan yang vokal dianggap galak. Kalau laki-laki yang tegas disebut pemimpin, tapi kalau perempuan yang bicara lantang, bisa-bisa dibilang terlalu dominan atau nggak tahu diri.

  • Perempuan harus selalu tampil sempurna. Harus cantik, harus langsing, harus ini, harus itu. Kalau memilih tampil apa adanya, malah dikomentari, “Kok nggak merawat diri?”

Jadi, Harus Bagaimana?

Di tengah semua dilema dan stigma ini, rasanya penting bagi kita sebagai perempuan untuk kembali ke diri sendiri. Apa yang benar-benar kita inginkan? Apa yang membuat kita bahagia dan merasa berarti?

Memang tidak mudah, karena suara-suara dari luar sering kali lebih nyaring daripada suara hati kita sendiri. Tapi kita bisa mulai dengan beberapa hal:

  • Belajar mengenal diri sendiri lebih dalam. Apa yang membuat kita nyaman dan bahagia? Apa yang sebenarnya kita butuhkan?

  • Berani berkata tidak. Kita nggak harus selalu memenuhi ekspektasi orang lain. Jika sesuatu nggak sesuai dengan nilai dan kebahagiaan kita, nggak apa-apa untuk menolaknya.

  • Mendukung sesama perempuan. Kita sudah cukup sering mendapat tekanan dari luar, jadi alangkah baiknya jika sesama perempuan bisa saling mendukung daripada saling menghakimi. 

  • Menerima bahwa kita nggak bisa menyenangkan semua orang. Pada akhirnya, yang paling penting adalah bagaimana kita merasa nyaman dengan diri kita sendiri, bukan bagaimana orang lain menilai kita.

Menjadi perempuan memang harus siap menghadapi dilema dan stigma. Tapi kita punya kekuatan untuk menentukan jalan sendiri, selama kita percaya pada diri sendiri dan terus mendukung satu sama lain. Karena pada akhirnya, kita bukan hidup untuk memenuhi ekspektasi orang lain, tapi untuk menjalani hidup yang benar-benar kita inginkan.

Semangat untuk semua perempuan dan ibu di luar sana yang sedang berjuang dengan apapun perannya. Jadilah diri sendiri dan percaya pada kekuatan diri, maka kamu akan bersinar di manapun kamu berada! 😊


Wednesday, 1 January 2025

Tahun Baru 2025: Bekali Diri dengan 6 Tips Jitu agar Konsisten Wujudkan Resolusi



Ilustrasi Membuat Resolusi Tahun Baru (Sumber: www.freepik.com)

Hari ini sudah memasuki tahun baru 2025. Apa yang sudah kamu lakukan hari ini? Apakah kamu langsung gaspol untuk jadi lebih produktif? Ataukah masih terasa sama seperti hari sebelumnya?


Pada tanggal 1 Januari biasanya orang-orang masih merasakan euforia pergantian tahun baru. Mungkin beberapa orang ada yang masih bersantai, menikmati hari libur dengan berkumpul bersama keluarga. Namun, ada juga yang sudah mencoba untuk mengerjakan resolusinya di tahun baru. 


It’s okay, gak papa, take your time. Kamu yang tahu sendiri apa yang harus kamu lakukan di hari ini. Kalau aku masih ingin berterima kasih pada diriku sendiri atas apa yang sudah aku lakukan selama 2024. Makasih ya udah bertahan dan berjuang sejauh ini. Meskipun banyak yang belum tercapai, tapi tahun 2024 mengajarkan banyak hal dan cukup memberikan banyak pengalaman baru yang bisa aku ambil hikmahnya. 


Refleksi Diri 


Awal tahun memang waktu yang cocok untuk membuka lembaran baru dan membuat resolusi baru. Tapi, ternyata Semoga tahun 2025 bisa belajar lebih banyak hal baru, dapat kesempatan baru, dan bisa menemukan kebahagian baru


Alhamdulillah di tahun ini aku bisa nulis buku. Meskipun buku antologi, tapi terima kasih karena aku udah berani ambil kesempatan untuk membuat sebuah karya yang harapannya bisa bermanfaat untuk orang lain. Alhamdulillah juga bisa dapat kesempatan project freelance yang dibayar. Dan semoga di tahun berikutnya bisa dapat lebih banyak lagi paid project. 


Tahun ini juga jadi tahun pertama aku berani mengalahkan ketakutanku untuk menyetir mobil. Alhamdulillah sekarang antar jemput anak jadi lebih nyaman dan mudah. Bisa karena terpaksa, meskipun masih mobil matic yaa. Semoga kedepannya bisa lancar mobil manual aamiin..


2024 ini juga Aqmar memasuki masa sekolah dasar. Ini perubahan yang cukup besar yaa di keluarga kami. Anakku sudah besar dan memasuki usia SD. Kewajibanku untuk mendidiknya semakin bertambah dan tantangannya juga. Aku harap semoga bisa terus membimbing dan mendidik Aqmar dan Delfan menjadi anak yang sholeh, cerdas, dan bermanfaat bagi sesama. 


Tahun ini juga jadi tahun LDM (Long Distance Marriage) lagi bagi keluarga kami. Sungguh berat sebenarnya LDM lagi, tapi alhamdulillah sudah lebih terbiasa menjalaninya. Yang terpenting adalah komunikasi masih terus terjalin dan wajib quality time saat bertemu. Terutama waktu ayah bersama anak agar mereka tidak kehilangan sosok ayahnya.  


Terima kasih untuk diriku yang sudah melalui suka dukanya di 2024 dan bersiap untuk menghadapi tahun 2025 yang lebih bersinar. Bismillah semoga bisa lebih konsisten aamiin..

Karena sejujurnya mempertahankan itu lebih sulit daripada membuat resolusi itu sendiri. 

Begitu banyak perubahan yang harus dilakukan, penyesuaian baru yang membentuk kebiasaan baru. Tantangannya tentulah tidak mudah. Butuh tekad yang kuat dan motivasi yang tinggi untuk bisa mempertahankan setiap progres menuju tercapainya segala tujuan dan resolusi kita. 



Salah satu bentuk apresiasi diri adalah dengan punya foto sendiri wkwkwk
(Sumber: dokumen pribadi)


Aku hanya mau bilang jika itu terlalu berat dan overwhelmed buatmu, gak papa istirahat sejenak tapi jangan sampai kendor. Kamu harus terus cari alasan atau pegangan yang bisa membuatmu bangkit dan bisa memacu semangatmu kembali. Jika kamu butuh penyesuaian di tengah jalan itu pun tidak apa-apa. Buatlah jadi fleksibel. Yang terpenting tetap mengacu pada akhir tujuanmu. Karena manusia hanya bisa terus berikhtiar dan berdoa, untuk hasilnya serahkan pada Allah SWT. 


6 Tips Jitu agar Konsisten Wujudkan Resolusi 


Agar lebih mudah bagimu untuk stay on track dengan resolusimu, mungkin kamu bisa gunakan beberapa tips yang akan aku bahas. Melansir dari Very Well Mind berikut beberapa hal yang bisa dilakukan agar konsisten untuk menjalankan resolusi di tahun baru.


  1. Menentukan Tujuan yang Spesifik

Dengan tujuan yang spesifik dan jelas kamu akan lebih mudah untuk mencapainya. Buatlah tujuan itu sangat spesifik, mudah untuk dicapai, dan realistis. Misalnya, kamu ingin hidup lebih sehat. Nah kamu perlu menentukan sehatnya seperti apa. Sehat dengan lebih rajin berolahraga lari seminggu 1x. Jika dirasa kamu sudah bisa memenuhinya, maka kamu bisa menambahkan durasinya menjadi seminggu 2x, dan seterusnya. Kamu bisa gunakan metode SMART goal setting agar lebih efektif. 


  1. Membatasi Jumlah Resolusi

Daripada membuat list resolusi yang panjang, lebih baik pilih satu yang ingin kamu prioritaskan. Fokus pada tujuan itu sehingga energimu tidak habis karena terlalu banyak daftar resolusi. Jika tujuan itu besar mungkin kamu bisa memecahnya menjadi tujuan yang lebih kecil pada satu waktu dan selesaikanlah satu persatu. 


  1. Menyusun Perencanaan dengan Matang

Buatlah strategi dan perencanaan yang detail, termasuk langkah-langkah untuk mencapainya, dan solusi untuk menghadapi tantangan yang mungkin terjadi. Misal saat kamu ingin rutin menulis setiap hari, pikirkan solusi saat kamu melewatkan sesi menulismu di hari itu. 


  1. Belajar dari Kegagalan dan Hambatan

Jika resolusimu tahun ini adalah resolusi tahun lalu yang belum tercapai, evaluasi apa yang sudah dilakukan satu tahun terakhir. Buat strategi yang lebih baik untuk bisa mencapainya di tahun ini. Dan siapkan solusi terbaik untuk menghindari segala hambatan yang bisa menyebabkan kegagalan lagi di tahun ini. 


  1. Menikmati Setiap Proses

Kamu perlu memahami bahwa untuk mencapai sebuah tujuan perlu proses yang panjang untuk melaluinya. Saat kamu ingin melakukan perubahan pada kebiasaan yang buruk, semuanya tidak akan terjadi dengan instan. Nikmatilah setiap proses yang dijalani. Dengan menikmati proses, kamu akan merasa lebih bahagia dan tentram meskipun hasil yang kamu harapkan tidak sesuai ekspektasimu. 


  1. Mencari Support System

Dengan adanya dukungan dari support system terdekat, baik itu keluarga ataupun komunitas, kamu akan lebih semangat untuk mencapai tujuanmu. Bahkan support system bisa membantu untuk mengingatkanmu disaat kamu mulai lelah dan kehilangan motivasi. Jadi, temukan siapa support system terbaikmu saat ini. 


Semoga dengan tips di atas, kita bisa lebih siap untuk menghadapi tahun 2025 ini dan lebih semangat untuk mencapai segala resolusi kita. Bismillah yuk 2025 lebih bersinar dan berbinar lagi aamiin.. 😊