Pernah nggak sih, ngerasa hidup berubah total setelah jadi ibu? Dulu, tidur bisa nyenyak, makan bisa santai, dan kalau mau pergi tinggal ambil tas terus pergi! Tapi begitu punya anak, semuanya jadi beda. Tidur jadi kemewahan, makan pun sering harus buru-buru sebelum si kecil nangis.
Jadi ibu itu nggak ada manual book-nya, tapi satu hal yang pasti: kita harus siap menghadapi perubahan. Dan nggak cuma sekali, tapi berkali-kali, sepanjang perjalanan mengasuh anak. Karena anak nggak akan selamanya bayi, mereka tumbuh, berkembang, dan kebutuhannya juga ikut berubah.
Menjadi ibu adalah perubahan paling besar dalam hidupku—sakral, emosional, dan jujur saja, penuh kejutan! Sembilan bulan mengandung itu rasanya seperti naik roller coaster tanpa tahu kapan belokannya. Tubuh berubah, emosi naik turun, hormon kadang bikin mellow tanpa alasan. Tapi di tengah semua itu, ada satu tugas besar yaitu memastikan si kecil di dalam perut tumbuh sehat. Makan makanan bergizi, minum vitamin, rajin periksa ke dokter, dan tentu saja, bersiap untuk persalinan.
Tapi ternyata, perubahan nggak berhenti di situ. Begitu bayi lahir, hidup terasa jungkir balik! Ibu harus siap memberi ASI tiap tiga jam, begadang jadi rutinitas, dan rasanya waktu buat diri sendiri hampir nggak ada.
Aku ingat betul saat melahirkan anak pertama di 2018, jauh dari keluarga di tanah rantau, hanya mengandalkan suami sebagai support system utama. Untungnya, waktu tinggal di Groningen aku bertemu banyak pelajar Indonesia dan diaspora yang jadi ‘keluarga’ baru. Dari mereka, aku belajar banyak tentang cara merawat bayi, berbagi pengalaman, dan tentu saja, saling menguatkan.
Pengalaman melahirkan anak kedua di 2022 pun berbeda. Saat itu aku di Indonesia, dekat dengan keluarga, tapi justru suami yang nggak bisa menemani karena masih dalam perjalanan pulang dari konferensi di Prague. Rasanya? Campur aduk! Setiap kelahiran punya cerita sendiri, tapi satu hal yang aku pelajari: jadi ibu itu bukan soal ‘siap atau tidak’, tapi soal bagaimana kita terus belajar dan beradaptasi dengan setiap perubahan yang datang.
Kenapa Ibu Harus Selalu Siap Beradaptasi?
Seiring waktu, anak tumbuh dan berkembang, dan itu berarti kebutuhan serta pola pengasuhannya pun ikut berubah. Cara menenangkan bayi yang nangis jelas beda dengan cara menghadapi anak dua tahun yang lagi tantrum. Begitu juga ketika mereka masuk sekolah atau remaja—tantangannya semakin beragam dan sering kali bikin ibu harus putar otak.
Kalau kita terus keukeuh pakai cara lama tanpa beradaptasi, bisa-bisa kita malah merasa kewalahan atau bahkan berpikir kalau kita gagal jadi ibu. Padahal, bukan kita yang gagal—hanya saja, metode yang kita pakai mungkin butuh sedikit upgrade.
Jadi ibu itu ibarat sekolah tanpa kelulusan. Setiap hari ada aja pelajaran baru tentang memahami sikap dan emosi anak, jadi tempat ternyaman buat mereka, sekaligus jadi role model yang bisa mereka andalkan. Itulah kenapa, kemampuan beradaptasi itu penting banget! Dengan terus belajar dan fleksibel dalam menghadapi perubahan, kita bisa tetap memberikan stimulasi yang tepat sesuai dengan usia anak, supaya mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan maksimal.
Tips Supaya Ibu Nggak Kewalahan Menghadapi Perubahan
Setiap ibu punya caranya sendiri dalam menghadapi perubahan, tapi ada beberapa hal yang bisa bikin perjalanan ini lebih ringan:
Jangan takut untuk belajar lagi dan lagi
Di era digital sekarang, ilmu parenting itu gampang banget diakses. Bisa dari buku, webinar, komunitas ibu, nyari langsung dari google, atau sekedar curhat sama teman. Bahkan sekarang banyak banget aplikasi dari expert yang bisa diakses secara gratis dan menyediakan informasi seputar parenting dan tumbuh kembang anak. Kita juga sekarang sudah bisa plotting chart tumbuh kembang anak di aplikasi tersebut. Memang sudah saatnya ibu terus belajar dan bertumbuh menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Dan jangan ragu untuk terus mencari apa yang paling sesuai dengan kondisi diri kita dan anak karena nggak ada satu metode pengasuhan yang cocok untuk semua anak.Nggak ada ibu yang sempurna dan itu nggak masalah
Di media sosial, kita sering lihat ibu-ibu yang sepertinya selalu sabar, rumah rapi, anak-anaknya nurut. Tapi kenyataannya? Semua ibu pasti punya momen berantakan. Jadi kalau lagi capek, nggak apa-apa. Ambil napas, istirahat sebentar, dan jangan terlalu keras sama diri sendiri. Jadi ibu bukan tentang kesempurnaan, tapi tentang kesungguhan untuk terus belajar, be present, dan kasih sayang tulus untuk anak-anaknya.Punya support system itu penting banget!
Nggak harus semua di tanggung sendiri ya, Bu! Ada suami, keluarga, teman, atau komunitas ibu yang bisa diajak ngobrol. Kadang sekadar curhat ke sesama ibu bisa bikin hati lebih lega. Jangan ragu buat minta bantuan, ya!Jangan lupa “Me time”
Seberapa sering kita lupa makan karena sibuk urus anak? Atau nunda mandi sampai si kecil tidur? Ingat, ibu yang bahagia bakal lebih mudah menghadapi tantangan. Luangkan waktu buat diri sendiri, walaupun cuma 10-15 menit sehari buat ngopi, nonton drama, baca buku favorit, atau sekadar duduk tanpa gangguan. Sebelum mengisi tangki cinta anak, kita wajib mengisi tangki cinta diri sendiri dulu, agar emosi ibu lebih terkendali dan jadi ibu yang bahagia.Fokus pada hubungan, bukan hanya aturan
Terlalu sibuk mengatur ini-itu, kadang kita lupa buat menikmati momen sama anak. Jangan sampai kita terlalu mikirin jadwal tidur atau aturan makan sampai lupa menikmati pelukan mereka, dengerin cerita mereka, atau sekadar ketawa bareng. Teruslah hadir di momen spesial anak dan bangunlah bonding yang kuat agar kita bisa jadi orang tua yang dirindukan.Fleksibel itu kunci!
Anak yang tadinya suka makan sayur, tiba-tiba menolak. Yang dulu seneng main di rumah, sekarang pengen eksplor ke luar. Perubahan ini wajar banget! Jangan kaget kalau tiba-tiba metode parenting kita harus di-update.Rayakan setiap perubahan
Daripada pusing menghadapi perubahan, coba lihat dari sisi positifnya. Anak yang dulu nggak bisa ngomong, sekarang udah bisa cerita banyak hal. Yang dulu selalu nempel, sekarang mulai mandiri. Perubahan ini tanda mereka tumbuh, dan kita juga ikut berkembang sebagai ibu.
Penutup
Jadi ibu itu perjalanan panjang yang penuh tantangan, tapi juga banyak keindahannya. Aku sadar masih harus banyak belajar dalam membersamai si Kakak yang mau berusia 7 tahun dan Adik yang mau berusia 3 tahun. Semakin bertambah usianya, tantangan akan semakin berat. Dan sebagai ibu aku harus punya bekal fisik, mental, serta ilmu untuk terus bisa bertahan menghadapi perubahan yang ada. Dengan begitu aku juga bisa berkembang dan bertumbuh sebagai seorang ibu. Tetaplah terbuka, fleksibel, dan jangan lupa untuk bahagia!
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog.
No comments:
Post a Comment