Friday, 26 January 2024

Review Buku Brain Sculptor : Proyek Mahakarya Sang Pemahat Otak Anak

Sumber : freepik.com


Menjadi orang tua merupakan tanggung jawab yang besar. Tidak ada buku panduan bagaimana untuk menjadi orang tua. Akan tetapi, setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya terutama dalam pembentukan karakter dan sifat-sifat yang baik. 

Nah, buku karya Irene Phiter hadir sebagai salah satu buku parenting yang bisa dijadikan sebagai panduan dalam membesarkan anak, terutama untuk membentuk dan melatih otak anak. Setiap anak itu unik dengan segala potensi tak terbatas yang dimilikinya. Orang tua lah yang bisa membantu untuk mengarahkan dan melatih anak sehingga potensi otak dan kemampuannya berkembang. 

Dalam buku “Brain Sculptor : Seni Membentuk dan Melatih Otak Anak”, Irene menjelaskan dengan sangat baik cara-cara untuk membentuk dan melatih otak anak khususnya mereka yang memiliki kendala dalam proses belajar. Karena ternyata otak memiliki kemampuan untuk berubah (brain plasticity), tergantung dari stimulus lingkungannya. 


Jadi tenang saja, kendala yang dimiliki anak saat ini masih bisa diubah melalui serangkaian pelatihan yang diterapkan oleh orang tuanya. Memang tidak mudah, tapi jika konsisten dilakukan maka akan terlihat hasil yang optimal dan menimbulkan ‘ripple effect’ pada perkembangan anak. 


Siapakah Irene Phiter? 

Irene Phiter adalah seorang trainer, konselor, pembicara parenting edukasi anak, dan certified play therapist. Beliau juga adalah direktur pengembangan dan konsultan senior di BrainFit Indonesia. BrainFit Indonesia adalah sebuah perusahaan yang menjalankan program pelatihan otak (brain training) yang bekerja sama dengan BrainFit International Group di Singapura sejak tahun 2006. 


Kecintaannya terhadap dunia anak dan neuroscience menggerakkan hatinya untuk membuat sebuah karya yang bisa membantu para ibu untuk membersamai anak terutama dalam hal perkembangan otaknya. Buku ini terlahir pada tahun kedua pandemi Covid-19 melanda, ketika kegiatan sekolah harus dilaksanakan secara daring. 


Jadi buku ini memang mengangkat beberapa kendala yang dialami para ibu saat menemani anak dalam proses belajar. Dan dengan lahirnya buku ini, para ibu mendapatkan pencerahan mengenai penyebab perilaku anak yang belum sesuai harapan dan strategi apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuannya. 


Irene juga merupakan penggagas dari Tea for Moms Community yang pada saat pandemi berlangsung melakukan serangkaian webinar selama 18 bulan non-stop setiap minggunya. Dalam buku ini juga diselipkan bagian Tea for Moms di setiap babnya untuk menemani para ibu menuliskan refleksi dan strategi yang akan dilakukan sambil menikmati secangkir teh yang menghangatkan hati. Menarik bukan? 


Lalu, bagaimana tips dan strategi yang diberikan Irene dalam proyek mahakarya membentuk otak anak ini? Simak sinopsis dan review dari buku Brain Sculptor berikut!    



Sinopsis Brain Sculptor: Seni Membentuk dan Melatih Otak Anak



Judul : Brain Sculptor : Seni Membentuk dan Melatih Otak Anak 

Penulis : Irene Phiter

Penerbit : PT Elex Media Komputindo

Tanggal Terbit : 3 Agustus 2022

Jumlah Halaman : 248 halaman

Bahasa : Indonesia

Genre : Parenting, Keluarga, Edukasi


Sinopsis : 


Otak adalah salah satu organ yang paling kompleks. Meskipun ukurannya kecil, tapi ternyata otak memiliki kapasitas yang lebih besar daripada komputer super. Dan tidak ada satupun otak yang persis sama di dunia ini. Hebat bukan? 


Tugas parenting saat ini tidak hanya sekadar memenuhi kebutuhan gizinya, tapi kebutuhan otak untuk perkembangan anak pun wajib diperhatikan. Setiap anak berbeda dengan potensi yang tak terbatas. Tuhan telah menganugerahkan otak yang sangat luar biasa kepada manusia untuk mengatur kelangsungan hidupnya. Tahukah kamu bahwa ternyata otak bisa dibentuk dan diubah?


Buku ini hadir untuk membagikan ilmu otak anak dengan porsi yang pas bagi para ibu terutama yang memiliki anak yang mengalami kendala proses belajar. Misalnya, susah fokus, tergesa-gesa dan tidak sabaran, sering lupa, susah mengontrol emosi, bisa membaca tapi susah paham, malas berpikir, lambat, dan mudah menyerah. Semuanya akan dijelaskan dari aspek kognitif dan diberikan beberapa alternatif strategi yang bisa dipilih untuk dipraktikkan di rumah oleh orang tua.  


Proses untuk memahat otak anak akan menjadi lebih ringan dan menyenangkan dengan adanya segmen “Tea for Moms”. Dalam bagian ini penulis mengajak pembaca sekalian mengambil waktu untuk ber-refleksi dan menulis jurnal. Ini adalah saat untuk memproses diri untuk mengenal pemikiran, ekspektasi, dan perasaan diri sendiri dengan jujur.


Review Brain Sculptor : Seni Membentuk dan Melatih Otak Anak


Sumber : unsplash.com / Robina Weermeijer


Buku parenting ini merupakan buku yang ditulis secara matang. Irene yang merupakan seorang terapis bermain dan trainer dalam melatih otak anak, menuliskan berbagai tips yang mungkin memang sudah sering dilakukannya dalam membantu kliennya saat proses brain training. Alhasil uraian, tips, dan strategi yang dituliskannya mudah untuk dipahami dan diikuti oleh pembaca meski terbilang masih umum. 

 

Setiap anak memang unik dengan potensi yang dimilikinya masing-masing. Begitu pula dengan kendala yang dihadapi setiap anak dalam proses belajar pun akan berbeda. Itulah yang perlu diobservasi dan diidentifikasi penyebabnya oleh orang tua. 


Nah, buku ini memberikan keoptimisan bahwa kendala tersebut bisa diatasi sejak dini. Dan sebagai orang tua sebaiknya tidak menunggu kendala tersebut terlanjur tumbuh subur. Buku ini mengajak para orang tua untuk berusaha “memahat” otak anak agar bagian tertentu dari otak yang bertanggung jawab untuk mengatasi kendala-kendala tersebut semakin aktif dan menebal. Ketika jalur koneksi neuron dalam otak saling terhubung maka kita bisa mendapatkan kemampuan anak yang sesuai harapan.  


Buku ini terdiri dari 10 bab mulai dari Si Pemahat Otak : Otak yang Luar Biasa; Susah Fokus; Bisa Baca Tapi Susah Paham (Reading Comprehension); hingga Proyek Mahakarya. 


Bab 1 yang berjudul “Si Pemahat Otak : Otak yang Luar Biasa” menjelaskan tentang analogi Ibu sebagai sang pemahat otak anak dan tiga fitur otak manusia yang sangat keren. Di antaranya neurodiversity (tidak ada otak manusia yang sama), brain plasticity (otak dapat diubah), dan automaticity (sistem otomatisasi untuk sistem kerja otak yang efisien). 


Tidak ada kata terlambat untuk membentuk otak anak dengan memberikan stimulus yang sesuai untuk perkembangan otaknya. Jika otak adalah mahakarya, maka orang tua dan guru adalah pemahatnya. 


Apakah kalian pernah merasa susah fokus? Mungkin ini ada hubungannya dengan daya konsentrasi yang lemah seperti yang dijelaskan pada bab 2. Daya konsentrasi (attention skill) dikategorikan menjadi bottom-up attention (atensi eksternal) dan top-down attention (atensi internal untuk mengontrol proses berpikir). Untuk meningkatkan daya konsentrasi, kita perlu melakukan aktivitas yang menggunakan top-down attention. Misalnya membaca buku, bermain puzzle, menggambar, atau berbicara dua arah. 


Apakah kalian pernah membantu anak atau keponakan belajar? Misalnya meminta ia membaca, kemudian kita akan mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pemahamannya. Banyak anak yang masih belum paham dengan apa yang ia baca, ini berarti reading comprehension belum terbentuk dengan baik, seperti dijelaskan pada bab 7. 


Membaca memang bisa diajarkan sejak dini, namun kemampuan untuk memahami dan menelaah bacaan adalah proses yang membutuhkan sistem penunjang dalam otak dan perlu dilatih. Reading Brain harus dibangun sesuai tahapan yang ada sehingga anak bisa memiliki dasar yang kuat untuk memahami bacaan. Membaca juga disarankan untuk orang dewasa, lho. Dengan membaca, orang dewasa memiliki kemampuan kognitif otak yang lebih unggul dan bisa memperbaiki daya ingat. 


Bab 10 yang berjudul “Proyek Mahakarya”, menjelaskan tentang bagaimana cara untuk mencapai keberhasilan sebagai brain sculptor dalam membuat proyek mahakarya. Tidak ada yang instan di dunia ini, proyek mahakarya ini pun butuh proses dan konsistensi dalam pelaksanaannya untuk menghasilkan progres. 


Sebagai pemahat otak anak jangan cepat menyerah dan terus berusaha! Karena apa yang diusahakan ini bisa berdampak baik pada perkembangan otak anak di masa depan. Jika merasa kelelahan atau kesulitan, kamu bisa mencari bantuan profesional atau sesama orang tua untuk menjadi support system dalam proses pembuatan mahakaryamu.  


Cara Menggunakan Buku

Buku ini adalah buku yang unik dan menarik. Setiap bab akan dijelaskan secara sistematis dan dibagi ke dalam 5 bagian, yaitu: 

  • Bagian pertama merupakan cerita yang relate dengan keseharian dikemas dalam bentuk ilustrasi komik yang menarik.

  • Bagian kedua berisi uraian atau penjelasan mengapa anak mengalami kendala atau kesulitan dilihat dari perspektif perkembangan kemampuan kognitifnya. 

  • Bagian ketiga adalah catatan dari penulis untuk para ibu dan lembaran untuk melakukan observasi pada anak. Di bagian ini juga terdapat checklist milestone anak yang bisa kita jadikan acuan untuk menentukan langkah atau strategi mana yang harus diterapkan pada anak. 

  • Bagian keempat “The Brain Sculptor’s Guide” merupakan tips dan strategi yang bisa dilakukan oleh orang tua. Kamu bisa memilih satu poin terlebih dahulu yang paling realistis dan paling mudah untuk dijalankan. 

  • Bagian kelima Tea for Moms” adalah waktunya para ibu untuk melakukan refleksi diri, mengatur perencanaan, menata perasaan, dan mengumpulkan kekuatan untuk menjadi penolong anak-anak.   


Kelebihan dan Kekurangan Buku Brain Sculptor 

Dalam sebuah karya pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Begitupun dengan Buku Brain Sculptor. Meskipun buku parenting ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis dalam mendampingi perkembangan anaknya dan ribuan anak lain di BrainFit Indonesia, tapi buku ini cukup memberikan beberapa penjelasan rinci yang mudah dipahami terkait aspek kognitif dalam proses belajar. Dan meskipun tips yang diberikan masih sangat umum dan tidak selalu terperinci di berbagai usia, tapi strategi yang diberikan cukup praktis dan mudah untuk diikuti. 


Buku ini cocok dibaca oleh para orang tua atau anak muda sekalipun, karena banyak hikmah dan strategi memahat otak yang bisa dipraktikkan dalam keseharian. Ilustrasi komik yang dikemas dengan sangat menarik juga sangat relate dengan percakapan sehari-hari yang dihadapi para orang tua. Selain itu, bahasa yang digunakan sederhana sehingga penjelasan mudah dipahami dan ringan untuk dibaca. 


Yuk, para pemahat otak anak, buatlah proyek mahakarya terbaikmu! 


Sunday, 7 January 2024

Energi Aktivasi Untuk Memulai Sesuatu yang Baru

 

Sumber: freepik.com


Pernah nggak sih kalian berada di posisi sulit memulai sesuatu? Rasanya setiap orang pasti pernah mengalaminya. Entah itu mau mulai menulis, mulai membentuk kebiasaan baru, memulai bisnis, atau mulai comeback ke dunia profesional setelah jeda.  


Tak dapat dimungkiri, saat kita mau memulai sesuatu yang baru ada rasa tidak nyaman dalam diri yang disebabkan ketakutan dan overthinking. Terlalu lama berada dalam zona nyaman juga kadang menjadi salah satu alasan kenapa sulit untuk memulai hal baru. Itu juga yang aku rasakan beberapa tahun ke belakang. 


Dulu sebelum menikah, aku sempat bekerja sebagai asisten akademik di tempatku kuliah. Lalu, setelah menikah aku ikut suamiku merantau. Dan alhamdulillah di tahun pertama aku pun hamil dan mempersiapkan untuk punya anak. Karena tinggal merantau, jauh dari sanak keluarga, akhirnya kuputuskan untuk fokus mengurus anak dulu. Hingga sekarang aku sudah punya dua anak, aku masih tetap di rumah membersamai anak. 


Kejenuhan mulai dirasakan dan rasanya aku butuh berkegiatan dan membentuk kebiasaan baru supaya kehidupanku tidak monoton dengan urusan domestik dan keluarga. Nah saat akan mencoba untuk comeback ke dunia profesional rasanya sudah sangat jauh tertinggal. Ilmu kurang update, kepercayaan diri memudar, ketakutan untuk melangkah, dan tidak tahu harus mulai darimana. 


Mengapa sesulit ini untuk memulai hal baru? 


The hardest part is starting. Once you get that out of the way, you’ll find the rest of the journey much easier.” Simon Senk 


Yup, kurasa quotes diatas benar adanya. Memulai adalah bagian tersulit dari setiap perjalanan kita. Setidaknya kita membutuhkan motivasi, tujuan yang kuat, dan usaha yang paling besar supaya mampu untuk memulainya. Dan pada faktanya, setelah kita memulai, mungkin hal itu akan jadi lebih mudah, dan tidak terlalu buruk seperti yang diperkirakan.


Terkadang pikiran negatif kita lah yang membuat kita jadi menunda-nunda untuk memulai suatu hal yang baik dalam hidup. Kekhawatiran terhadap kegagalan, ekspektasi terhadap hasil yang terlalu tinggi, dan bagaimana pendapat orang lain dapat menghalangi kita untuk membuat inovasi baru dalam hidup. 


Dalam reaksi kimia, kita mengenal yang namanya energi aktivasi. Memahami energi aktivasi ini dapat membantu kita untuk memahami apa yang terjadi dibalik proses memulai sesuatu. Jadi, yuk kita bahas sedikit tentang energi aktivasi. 


Apa itu energi aktivasi? 

Sumber: chemistrylearner.com


Energi aktivasi adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk memulai suatu reaksi atau proses kimia. Jika disederhanakan dalam kehidupan, ini adalah upaya mental atau motivasi yang diperlukan untuk mengerjakan suatu tugas atau memulai suatu kebiasaan baru. Jumlah energi aktivasi yang diperlukan dapat bervariasi tergantung dari tingkat kesulitan tugas, waktu, dan motivasi dalam diri. 


Sebagai contoh, kita bisa membayangkan saat menyalakan korek api. Tanpa energi untuk memulai suatu reaksi kimia, tidak akan terjadi apa-apa. Namun, jika kita menggesekkan korek api dengan kuat pada stripnya, kita akan menghasilkan gesekan dan panas yang diperlukan agar korek api menyala. Nah, kita baru saja menyediakan energi yang cukup untuk melewati ambang energi aktivasi dan memulai reaksi. 


Begitu juga dengan produktivitas kita. Bisa kita terapkan prinsip yang sama. Semakin banyak energi yang kita keluarkan untuk memulai sesuatu, semakin besar kemungkinan untuk berhasil. 


Pentingnya energi aktivasi untuk memulai sesuatu

Seperti yang sudah aku sebutkan di atas, bahwa banyak dari kita mengalami kesulitan untuk memulai hal baru atau menyelesaikan suatu tugas. Hal ini dapat terjadi karena energi aktivasi yang masih kurang. Memahami dan mengakui pentingnya energi aktivasi dapat meningkatkan produktivitas dan kesuksesan mencapai tujuan. 


Semakin kecil energi aktivasinya maka reaksi lebih cepat terjadi. Begitu juga dalam hidup kita, energi aktivasi yang rendah membuat kita lebih mudah untuk memulai sesuatu. Nah, tapi bagaimana cara untuk menurunkan energi aktivasi yang diperlukan untuk melakukan tugas tertentu supaya terlihat mudah untuk dilakukan? 


Berikut adalah beberapa langkah untuk menurunkan energi aktivasi dalam memulai sesuatu yang baru. 


  1. Sederhanakan proses

Ketika kamu mau melakukan sesuatu yang paling utama adalah menyusun cara untuk menyelesaikannya. Supaya energi yang dibutuhkan tidak terlalu besar, sederhanakanlah cara untuk mencapai tujuan tersebut. Tanyakan pada diri sendiri atau kalau perlu tanya pada orang lain juga apakah ada cara yang lebih sederhana untuk mencapai sesuatu.


  1. Istirahat yang cukup

Sebelum memulai suatu aktivitas penting juga untuk memastikan bahwa kita punya energi yang cukup. Yang paling efektif adalah dengan istirahat yang cukup. Tidur malam yang nyenyak sebelum memulai kebiasaan baru bisa meningkatkan peluang kita untuk berhasil. 


  1. Buat tujuan-tujuan menjadi lebih kecil

Untuk mencapai sebuah tujuan yang besar, kita bisa memecahnya menjadi tujuan-tujuan kecil yang bisa kita lakukan setiap hari dan lebih mudah dicapai. Ketika tujuan atau kebiasaan itu terlihat kecil dan mudah maka energi aktivasi yang dibutuhkan akan lebih sedikit. 


Begitu kita mulai mengerjakannya dan berhasil, maka kita akan termotivasi dan terinspirasi untuk melanjutkan ke tugas selanjutnya. Misalnya, menulis selama 10 menit sehari akan lebih mudah kita kerjakan dibanding menulis selama satu jam penuh. 


Jika kamu ingin membentuk kebiasaan baru, lebih baik memulainya dengan kebiasaan kecil. Mungkin kebiasaan kecil ini tidak membawa perubahan dalam hidup secara langsung. Tapi, kebiasaan kecil dengan energi aktivasi rendah ini kemungkinan besar akan terus dilakukan. Dan jika kamu konsisten melakukannya, maka perubahan pun akan terasa.


  1. Membuat daftar tugas sesuai prioritas

Buatlah daftar tugas berdasarkan kepentingan dan urgensinya bisa membantu kita untuk fokus pada tugas yang paling penting. Hal ini akan membantu kita untuk menurunkan energi aktivasi dan memastikan kita mengerjakan sesuatu yang benar-benar penting. 


  1. Buat rutinitas 

Membuat rutinitas membantu kita untuk membangun momentum dan mempermudah memulai tugas. Dengan melakukan hal yang sama pada waktu yang sama setiap hari, kamu bisa mengurangi energi aktivasi yang diperlukan untuk memulai suatu tugas. Jika perlu kamu bisa menggunakan reminder atau notes dalam mempermudah tugas kamu untuk membentuk rutinitas. 


  1. Gunakan katalis

Dalam proses kimia, katalis ini digunakan untuk mempercepat reaksi. Dalam kehidupan, katalis juga bisa kita gunakan untuk membantu proses kita memulai dan mencapai sesuatu. Katalis kehidupan dapat membantu menurunkan energi aktivasi dan mendorong kita untuk melakukan perubahan. Katalisator bisa dalam bentuk mentor atau komunitas yang menjadi support system


Dengan berkomunitas, kamu bisa menemukan teman seperjuangan yang memiliki minat dan value yang sama. Ini akan mempermudah langkahmu untuk memulai sesuatu yang baru karena kamu akan menemukan motivasi dan semangat baru dalam melakukan perubahan. 


Namun, katalisator yang paling utama adalah diri sendiri. Dengan menetapkan tujuan yang jelas, membuat rencana, dan mengambil langkah kecil menuju hasil yang diinginkan, maka kamu bisa menurunkan energi aktivasi yang diperlukan untuk memulai perubahan. 


Nah, itulah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menyiapkan energi dalam memulai hal baru dan melakukan perubahan. Perubahan bukanlah peristiwa yang terjadi satu kali saja, tapi proses pembelajaran, adaptasi, dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Kesabaran dan ketekunan adalah kuncinya, dan kemunduran serta kegagalan adalah bagian alami dari perjalanan ini. Rangkullah perubahan, dan biarkan energi aktivasi dan katalis bekerja untukmu! Selamat mencoba! 😊