Pernahkah Ibu merasa kewalahan menghadapi anak yang tantrum? Tiba-tiba mereka menangis, berteriak, atau bahkan marah-marah tanpa alasan yang jelas. Kadang, ada juga anak yang justru diam dan menarik diri saat emosinya meluap. Sebagai orang tua, kita sering kali bingung bagaimana cara terbaik untuk menenangkan mereka tanpa ikut terbawa emosi.
Nah, buku Flooded karya Allison Edwards hadir sebagai solusi untuk membantu anak-anak mengelola emosinya dengan lebih baik. Buku ini menggunakan pendekatan berbasis ilmu saraf yang mudah dipahami dan diterapkan di kehidupan sehari-hari. Yuk, kita bahas lebih dalam!
Kenapa Anak Sering Tantrum? Kenali ‘Flooded Mode’ dalam Otak Mereka
Ibu pernah dengar istilah flooded? Dalam buku ini, Edwards menjelaskan bahwa flooded adalah kondisi saat emosi anak meluap hingga mereka kehilangan kemampuan berpikir jernih. Saat anak merasa cemas, takut, atau marah, otaknya bereaksi secara otomatis tanpa bisa mengontrol diri. Inilah alasan mengapa anak bisa tantrum tiba-tiba.
Salah satu bagian otak yang berperan besar dalam hal ini adalah amigdala, si kecil berbentuk kacang almond yang bertanggung jawab atas respons ‘waspada’, ‘lawan atau lari’ (fight or flight). Saat anak menghadapi situasi yang membuatnya stres, amigdala langsung aktif, membuat mereka sulit berpikir logis. Akibatnya, mereka bereaksi secara impulsif—menangis, marah, atau bahkan menghindar.
Tapi, jangan khawatir! Kita bisa membantu anak belajar mengelola emosinya, sehingga mereka lebih tenang dan bisa berpikir sebelum bertindak.
Strategi Jitu Mengajarkan Anak Mengontrol Emosi
Berdasarkan penelitian dan pengalamannya sebagai konselor profesional, Edwards menawarkan berbagai strategi yang bisa Ibu terapkan di rumah. Berikut beberapa teknik yang bisa dicoba:
Mengenali dan Memahami Emosi
Ajarkan anak untuk mengenali emosinya dengan cara sederhana, misalnya menggunakan skala perasaan dari 1 sampai 10. Bantu mereka memahami apa yang membuat mereka marah, sedih, atau takut. Dengan begitu, anak belajar bahwa emosi itu normal dan bisa dikendalikan.
Teknik Pernapasan dan Relaksasi
Saat anak mulai emosional, ajak mereka melakukan teknik pernapasan dalam-dalam. Ibu bisa mengenalkan ‘napas balon’—minta anak membayangkan sedang meniup balon besar, tarik napas dalam, lalu hembuskan perlahan. Teknik ini membantu menenangkan sistem saraf mereka. Atau bisa dengan teknik ‘5 detik remas, 5 detik lepas’. Minta anak untuk membuka telapak tangannya dan menyimpan perasaan yang sedang dirasakan dalam kepalan tangan. Remas selama 5 detik, lalu lepaskan perasaan itu ke udara. Mintalah anak melakukan itu beberapa kali hingga ia merasa rileks.
Komunikasi yang Empatik
Alih-alih langsung menegur atau melarang anak menangis, cobalah mendengarkan mereka dengan penuh perhatian. Sejajarkan posisi tubuh dengan anak, tatap matanya, dan tanyakan dengan lembut, “Kamu lagi sedih ya? Mau cerita sama Mama?” Ini membuat anak merasa didengar dan lebih mudah mengungkapkan perasaannya.
Ciptakan Lingkungan yang Aman
Pastikan rumah menjadi tempat yang nyaman bagi anak untuk mengekspresikan emosinya. Jangan buru-buru menyuruh anak ‘jangan nangis’ atau ‘jangan marah’. Beri mereka ruang untuk merasakan dan belajar mengatasi emosinya sendiri dengan bimbingan Ibu.
Kesimpulan: Wajib Dibaca untuk Orang Tua yang Ingin Anak Lebih Tenang
Buku Flooded merupakan bacaan yang sangat bermanfaat bagi para ibu yang ingin memahami cara kerja otak anak dalam mengelola emosi. Dengan bahasa yang ringan dan strategi yang aplikatif, buku ini cocok untuk dipraktikkan sehari-hari. Meskipun ada bagian yang mungkin bisa lebih dikembangkan, seperti contoh kasus nyata dan pendekatan berdasarkan usia anak, secara keseluruhan buku ini sangat membantu.
Rekomendasi banget buat Ibu yang ingin membantu anak tumbuh dengan kecerdasan emosional yang lebih baik. Yuk, mulai ajarkan anak mengontrol emosinya dari sekarang! 💖